Cari2 D' MyHeart

Loading

Kedamaian Seorang Aku..










Malam ini terasa nyaman menenangkan
Di balik tirai sutera putih
Aku duduk memasang angan
Sambil termanggu menatap sinar rembulan
Mengapa ada bayang-bayang
Seumpama takjub tersenyum
Melihat keasyikkan ku
Menatap indah rembulan
Nun bersemayam di singgahsana gemawan
Terang bercahaya
Menyuluh malam nan gelap-gelita
Menemani aku tanpa sebutir rasa gelisah
Hanya ketenangan bermandikan cahaya rembulan
Bak puteri jelita bersiram bunga bunga cinta
Jauh dipinggiran kota kota batu

Lagu alam berirama romantis
Bersama gemersik sang cengkerik
Bayu malam riang ria berpuput perlahan
Turut sama menemani aku
Menghayati keindahan sinar rembulan
Di balik tirai sutera putih
Dan kerdipan bintang-bintang
Seumpama bermain-main
Di hujung kelopak mata
Memberi petanda
Nikmat anugerah Ilahi
Tiada tara tolok bandingan
Terus lah bersujud syukur
Sementara nafas masih terkandung
Di liang rongga pernafasan

Tenang...
Kedamaian tiada mampu tergambar
Pada lensa kamera
Juga pada butir lafaz
Di tepi bibir nan manis
Sesungguhnya keindahan ini menenangkan
Kesunyian ini menggembirakan
Membuang resah menyingkir gelisah
Pada tangkai hati
Yang sering gundah
Tiap kali kaki mengembara jejak jejak jaya
Demi melaksana hasrat dan cita
Menggenggam manis di penghujung usia..

® MyHeart - Februari 28, 2011.
read more

Aku Bukan Lalang...












Aku bukan lalang!
Coba kau tanya pada mereka
Jangan kau tanya terang terang
Tanya selindung
Cakap belakang
Nah!
Apa jawabnya??
Ya...Dia bukan lalang..

Ada kau lihat mata mereka
Apa refleks anak matanya?
Apa stimulasi gerak badannya?
Jangan pula kau rabak
pekung dada nya...
Nanti di bilik besi engkau merana
Jangan pandai-pandai tuduh
AKU punca nya!

Aku bukan lalang...
Macam jawapan yang kau temukan
Dari ramai ramai plastik dan hipokritis
Ada niat terselindung
Ada hasrat bersenandung
Aku tetap mereka bilang
Bukan lalang!
Biar banyak temberang
Macam tin kosong gedebuk gedebang
Mencanang tanpa congak
Berfikir tanpa otak!

Aku bukan lalang
Bukan lalang
Jembalang pun bukan
Hehe..sepupu sepapat lebih kurang
Tapi tetap bukan lalang
Kau jawab lah sorang-sorang
Ada wang
Bukan lalang!

®MyHeart - Februari 25,2011.
read more

Semerah Hati Mimosa Pudica...









 
Bunga-bunga mu tak seindah mana
Kadang merah jambu
Kadang warna ungu
Bak ungu lavender
Tapi tidak memadai
Menyaingi kejelitaan mawar ungu
Kau tak kisah pun
Kata mu hidup di dunia
Bukan terletak pada cantik semata
Itu kan hanya perhiasan dunia
Kan rapuh jua bila tiba masa

Ah! tersipu malu malu daun daun mu
Saat tersentuh jemari ku
Segera terkatup rapat
Berselubung
Demi melindungi
Diri yang kerdil
Hatta mengalas tanah
Disaingi
Rerumput yang lebih perkasa
Kau teruskan juga hidup
Di atas tanah bertuah

Tiada kau gusar sedikit pun
Akan hakikat
Meski kerdil
Duri-duri nan tajam
Sedia terhunus
Lagak pendekar sedang bertarung
Tersilap perhitungan
Kulit nan mulus mengalir darah
Tiada kau musnah sekelip mata
Bertahan hingga ke umbi terakhir jua

Oh! merah nya hati mu
Merah menyala pantang beralah
Semerah warna bunga mu
Tika belum berkembang
Namun kau tetap malu-malu
Sesinonim nama mu...

® MyHeart - Februari 24, 2011.
read more

Sepasang Tembok Batu...








Nun di hujung mata
Ada sepasang tembok batu
Tegak terpaku
Teguh tanpa keliru
Setia tanpa wasangka
Tenang beralaskan rerumput kehijauan
Tiada satu pun desah nafas terdengar
Hanya lambaian syahdu
Pohon pohon cempaka
Cukup pasti memayungi
Sekujur tubuh
Yang telah lama kaku
Di antara lapis lapis bumi

Tembok batu sering menyeru
Pada tiap nama nama
Bersuara tapi tak bisu
Membawa pesan
Setiap bernyawa
Pasti kelak
Akan bersemadi di situ
Seumpama guguran daun daun
Sementelah harta duniawi
Akan tertinggal jua
Bersama kenangan
Abadi dalam potrait ingatan
Bersama doa doa.

® MyHeart - Februari 21,2011
read more

Selumbar Kasih...










Kala bibit bibit cinta berlabuh 
Di pelabuhan asmara
Semerbak wangian
Menyelubungi alam maya
Secantik aurora menghiasi singgahsana
Membuai lena bersama ilusi indah
Mencetus inspirasi logika meneman jaga
Tiadalah lekang seri di raut wajah
Dek kebahagiaan melimpah-ruah
Dan kelopak ungu mawar kian bugar
Bersama kalam puitis
Terus berlagu menyanyi-nyanyi
Pada helaian warkah-warkah kekasih

Sayang seribu kali sayang
Panas tak sampai ke hujung petang
Kasih tertusuk selumbar nan bisa
Tanpa sedar
Goresan luka tampak tiada
Namun pedih menyiat-nyiat kalbu
Mawar ungu kian layu
Di terjah kelabu warna
Sepi berteman lara pujangga
Apa daya
Tiap detik berganti merubah segala
Meski utuh kasih terpahat
Nun di puncak everest tertinggi dunia
Kan luluh jua di baham sinar terik sang suria
Andai terus dibiar
Kan menggelupur kekeringan
Danau kasih dan sayang
Yang pernah membasahi
Hamparan dua jiwa

Buka lah mata
Lihat pada sekeping hati nan merah
Di atas nya terukir sebuah nama
Terpatri dalam lafaz kata dan janji
Akan bukti kecintaan haqiqi
Usah biar selumbar terus diam menghuni
Kelak pedih menghancur lumat
Saki baki rasa kasih 
Kembali lah
Sirami kelopak ungu mawar di taman asmara
Usah biar ia terkubur di liang derita.

® MyHeart - Februari 17, 2011.
read more

Titis Titik Noda...










Wangian cinta kian ranum
Membasahi lubuk jiwa dua insan
Kian subur
Dengan pandangan nakal bebola mata
Merona rona mekar dalam kalbu
Selamanya...
Tanpa dialas iman dan ilmu
Seolah itulah bidadari
Itulah bidadara
Diperturun dari syurga
Menjelma di pentas dunia
Sebagai hero heroin asmaradana
Tanpa kenal
Apa itu larangan
Apa itu kemungkaran

Oh! wanginya asmara nan hangat
Titis Titik Noda
Mula mercik di dada dada nafsu
Tanpa kalimah suci menyelaput
Sekudus hati
Mudah saja bisikan musuh memperdaya
Malu dipinggir
Semudah menanggal hijab
Seutas benang maruah
Tidak lagi terlihat
Pada gebu segan keremajaan
9 akal menjadi 9 nafsu!
9 nafsu membutakan akal nan 1 !
Punah dibuai kenikmatan syurga dunia
Di atas bara api neraka
Tempat asal musuh durjana

Percaya bauan mungkar terhidu tiada
Percaya semudah menutup bangkai
Tahu tahu busuk bertebar seantero jagatraya
Sementelah itu lah bukti cinta
Bukan kah mitos agung lagenda cinta
Jua berkorban demi kekasih tercinta
Rapuh nya taksiran konklusi
Pada keagungan cinta
Apa bukti sejijik itu
Mampu menyubur asmara hingga ke mati?
Atau akan ada lagi
Daging merah tidak berdosa
Tertumpah darah tercabut nyawa
Berteraburan di mana mana
Dalam longkang, sungai
Mahu pun tong sampah
Asal maruah terletak kembali pada mahkota!

Cukup lah...
Titis Titik Noda itu
Akan menghitam merah nya hati
Menukar kucing menjadi serigala
Meranap punah ketamadunan bangsa
Dan tersungkur derita di pintu syurga
Kembali lah...
Pada jalan yang benar
Meski berduri jua berliku
Di penghujung nya
Ada nikmat abadi
Penuh restu
Dan percaya lah..
"Kepulangan" mu senantiasa
Ditunggu-tunggu.

® MyHeart - Februari 14, 2011.
read more

Di Mana Sahabat Ku?....













Cinta mu mekar
Kala duri-duri ada di sisi
Setia mu tak mati
Kala airmata tak sudah mengunjungi
Kian harum seharum kasturi
Kian mekar berseri-seri
Bak ungu mawar
Yang sering ku puja puji
Namun tak daya ku miliki
Taman-taman mewangi ungu
Kerna tak sampai tangan menggapai
Tiket terbang ke bumi Obama
Sekadar sampai seberang bayu
Tempat melakar potrait kasih kita

Kau kata tak apa
Kan ada kelopak hibiscus
Lebih berharga lebih patriotis
Dan apa kurang si jelita rafflesia
Bunga terbesar di jagatraya
Nan subur membiak tepian lereng
Di puncak tertinggi seantero asia
Dalam diam aku angguk lalu ketawa
Gurau senda mu penuh kalimah ilmu!

Semakin indah warna pelangi
Bila mendengar kita gembira
Riang tertawa
Semakin dingin terik mentari
Bila melihat titik-titik keringat
Membasahi
Tulus wajah wajah
Saat kita melayari denai denai ilmu
Dalam mencari erti hidup
Menuju dewasa

Kini aku termanggu
Menatap langgit biru
Dalam lautan berjuta manusia
Cuba ku cari bayang-bayang mu
Apakah ada tulus seperti mu
Sudi berkongsi sepinggan rezeki
Secangkir madu kasih
Atau setitis airmata
Tika poket tidak berisi?

Andai tiada jodoh bertemu lagi
Di pentas sementara milik Ilahi
Moga di laman firdausi nan abadi
Akan tercantum semula
Ukhuwah kasih sahabat sejati
Yang terputus sekian lama
Dalam rona roda putaran masa.

® MyHeart - Februari 23, 2011.
read more

Kala Pena Khilaf Bicara...












Ligat menari pena jelita
Di lembar putih mulus menyulam tinta
Intepretasi minda
Intepretasi sanubari
Cuba dilakar bait kata-kata
Dizahir dalam puisi nan indah
Bagai semilir angin
Dingin dan tenang
Bagai secerah awan
Suci dan tulus

Kadang tarian tidak segemersik irama
Sumbang langkah
Tidak direncana
Rupanya kata menikam dada
Ada goresan mencalar sukma
Pena terlupa
Warna-warna tinta kan tidak sama
Ada biru, hitam, merah
Dan aneka macam
Justeru sama hanya pada nama
Yakni PENA!

Ah....mengapa mudah menjadi pelupa
Jangan dienteng nan kata-kata
Kerna santan pulut binasa!
Kerna kata putus saudara!
Aduhai sayang...
Tidak oh tidak...
Bukan kah fitrah azali jua
Bukan sengaja lupa
Bukan kurang budi bahasa
Demikian khilaf buta nya pena
Dalam melentur tinta pujangga.

® MyHeart - Februari 11, 2010
read more

Pondok Usang Di Belantara Batuan...











Sinar ria sang mentari
Seolah memberi cahaya
Pada pondok usang yang kian lelah
Kian susut dimamah usia
Namun kadang bila mentari
Merangkak-rangkak diputar masa
Cahaya itu hilang
Dari mulus bayang pondok usang
Semenjak belantara batuan tegak berdiri di sisi

Hinggar binggar, hinggit binggit
Dari lorong-lorong di muka hadapan
Seumpama irama ironis dari radio usang
Saban hari berdendang tanpa mampu dibendung
Deruman enjin enjin ada lunak ada ganas
Bersatu bersama kepulan muntah putih dan hitam
Dari corong-corong ekzos
Lalu menjadi serpihan debu debu hitam
Mengoles hodoh
Pada kulit tubuh yang kian tua
Yang menunggu waktu di telan masa
Mujur kehijauan saki baki jambangan
Menjadi seri lestari pada wajah nan suram

Dan kala bulan di pagar bintang...
Seri mu bagai hilang dari pandangan
Kalimantang di sudut sisi telah lama mati
Tidak lagi menerangi seperti dahulu
Hati mu lirih memandang kanan dan kiri
Neon-neon mewah gemerlap memandikan cahaya
Pada batu batu nan seumpama tiang langit

Ah! saban hari ada saja mata melirik pada mu
Namun tiada satu pun kan tersenyum
Ada saja mencemuh-cemuh keusanganmu
Sinar pada mata mata itu
Ada terjemahan kebencian
Tergamak membayangkan
Teguh mu di sisi batuan mewah
Mencemar keindahan
Sedang dahulu engkaulah istana
Tempat bersemayam cucu cicit warisan

Kaki-kaki yang masih ampuh berdiri
Itulah kekuatan mu
Mengharungi ribut cacian
Oleh sang batuan yang bongkak
Mencapai gemawan
Di tengah belantara batuan
Sedang pada tapak sang batu itulah
Kau saksikan jerit tangis teman-teman
Raungan lolongan memohon kasihan
Aduhai hancur luluh pusaka berzaman
Diterobos rakus dibinasa raksasa moden

Hanya keluhan dan tangisan kecil
Bergema di ruang kandung mu
Melihat dajjal merebut haq
Yang bukan haq
Demi lautan nota biru
Itulah harga kemartabatan
Yang perlu dibayar anak cucu
Demi cerahnya masa depan yang kelabu
Oh!

Kau masih setia di situ
Meski teman-teman telah tiada
Meski hilai tawa anak-anak kecil
Tidak lagi bergema
Meski rajuk manja gurau senda ayahbonda
Telah lama berkubur
Kau masih juga di situ
Bersama kenangan pahit, indah dan manis...
Dilipatan utuh helaian sejarah.

Pondok usang di tengah belantara batuan
Lewat hari-hari mendatang
Kau akan terus gigih menghitung
Saat diri mu akan meraung-raung
Dalam keangkuhan waris
Mempertaruhkan warisan atau kemewahan?
Pondok usang atau nota biru??
Demi memenuhi pundak keserakahan
Bukan pondok usang tinggalan nenek moyang
Bukan! bukan!
bukan engkau yang lebih penting
Nota biru bermohor itu
Jauh lebih bernilai!!!

® MyHeart - Februari 10, 2011.
read more

Biarkan Aku Menangis....







 

Di remang senja
Di hujung anjung sepi
Aku bersandar di dada dinding
Di temani genangan jernih mutiara
Nan setia menanti gugur
Dari kelopak mata
Ada sesuatu menusuk kalbu
Hingga indah remang senja
Tidak lagi mendamaikan jiwa ku

Rindu sarat bertandang
Mematikan kudrat semangat
Gemersik melankolia meluluh batin ku
Membawa memoir
Suka duka bersama mu
Tidak terpadam
Hingga ke akhir waktu

Biarkan aku menangis
Pada rindu yang mengunjungi
Tika aku tersudut di anjung sepi
Terkenang detik detik akhir
Betapa anjung itu
Setia menjadi teman mu
Pilu menyaksi sila mu
Tika semua orang berpergian
Dikau keseorangan...











Biarkan aku menangis
Bukan sedu sedan kosong
Bersama doa buat mu
Mengiringi titis titis jernih
Yang semakin galak membasahi
Pipi dan dada ini
Dengan harapan pergilah rindu
Hanya ini mampu ku perbuat
Sedang harapan bertemu
Pasti tidak akan berlaku
Kerna pergi mu
Buat selamanya...

Bersama mentari kian terbenam
Tangis ini kian reda
Kelegaan melingkar di jiwa
Tak mungkin cinta kasih
Yang bertunjang
Atas darah mengalir
Akan terputus walau sesaat
Bahkan akan abadi selamanya
Meski jasad telah terpisah..

Usah bermuka pada sesama saudara
Hatta musuh durjana
Tiada untung hanya nestapa
Carilah harta bernilai
Bukan harta mengorban diri
Pesan mu itu senantiasa mekar
Dalam sanubari
Terus segar dalam memori

Biarkan aku menangis
Biarkan aku menangis
Demi rindu
Biarkan aku tangisi pemergian mu
Sekali ini...
Aku sungguh rindu...
Abadilah nenda ku tersayang
Di alam sana dengan penuh ketenangan..

® MyHeart - Februari 08, 2011.
read more

Layang Layang Senja...













Layang-layang Senja
Indah menongkah angkasa
Di suluhan suram cahaya
Mendabik dada menyelit bangga
Kadang terketar tali benang putus tiba-tiba
Pasti kan terbang tanpa arah
Lalu hilang entah ke mana
Dan di daratan tak bertepian ia berlabuh
Tersingkir
Terhina
Terbuang

Keheningan senja masih saja menggamit
Layang-layang senja terus bertaut
Bersama hembusan bayu
Riak menari di dada langit
Merasa gah pada nikmat tak berpenyudah
Terus alpa pada keindahan sementara
Walau tali benang masih utuh

Meskipun laungan senja
Semakin hilang diufuk sana
Sengaja tak dimengerti
Indah menghapus realiti
Asyik dendangan fantasi
Terus saja melenggok tari
Mengikut gerak hati

Ketika senja kian sampai ke penghujung
Layang-layang senja tak kelihatan lagi
Gelap gemawan menyeliputi seri
Kala bayu berhenti berpuput
Hilang
Sunyi
Sepi
Kian terasa.

®MyHeart - November 2nd, 2009
read more

Alkisah Sebuah Perjalanan Di Suatu Ketika..













Bersama sepotong doa
Bermohon moga Dia
Melindungi memberkati
Sebuah perjalanan
Demi segunung harapan
Dalam mengejar
Cita dan impian
Dalam merubah rona
Dan liku kehidupan

Titis-titis mutiara
Bersama kabus subuh
Menemani laluan perjalanan
Dihening subuh
Tercabar sesekali
Mungkin ini dugaan
Kala  tersasar haluan
Dengan debar
Diharung kesilapan
Tak putus doa
Dimunajatkan



Alhamdulillah syukur
Pada Mu Ya Ilahi
Belas ihsan dari Mu
Mendengar kerisauan hati
Memungkinkan langkah kaki
Menjejak tiba
Sehingga ke udara
Merentasi lautan membiru
Membawa ke pangkuan
Insan tersayang

Munajat kesyukuran
Dilontarkan
Tatkala tiap urusan
Kau permudahkan
Meski ada likuan
Harus ditempuhi
Tersadar jua ia hanya dugaan
Tanda kasih
Sejauh mana
Ikhlas hati menhadapi

Ya Rabbul Izzati....
Hujan turun sekali lagi
Saat tiba waktu kembali
Rintik hujan dihujung petang
Hingga ke senja mewarnai
Sekali lagi menemani
Detik kepulangan ini
Moga ia rahmat
Dalam secebis pengharapan
Di dasar hati

Perjalanan itu
Seakan sebuah mimpi
Kepantasan waktu
Merentasi sebuah realiti
Telah terjadi masih segar
Terpahat dalam memori
Meski segumpal kekecewaan
Terjawab dalam penantian
Mungkin ada sinar hikmah
Tersembunyi
Sukar dimengerti
Disebalik kisah sebuah perjalanan.

® MyHeart - Jun 16, 2010.
read more

Teratai Oh Teratai....














Duhai Teratai
Engkau cantik
Mekar berkembang
Dedaunan mu
Angkuh menutupi
Lantai-lantai air
Menyelindung sesuatu
Konon hanya dikau tahu
Sedang tersirat
Telah rapi terlihat
Namun hanya kerna
Engkau Teratai
Kekotoran itu terselindung
Seolah tidak pernah ujud!

Kelopak mu indah
Sering memukau mata
Tatkala mekar
Kau seolah puteri jelita
Tersenyum indah
Tanpa cacat cela
Di tengah kebiruan tasik
Yang juga palsu keindahannya
Kerna itu
Engkau dan tasik teman sejiwa

Teratai oh Teratai....
Tidak cukup kah lagi
Dusta mu berpura
Menipu sekalian
Dengan mencanang keindahan
Sedang akar mu
Menyedut selut lumpur
Penuh kotor
Jijik dan memualkan!

® MyHeart - Februari 07, 2011.
read more